Feeds:
Posts
Comments

Archive for June, 2011

Kotbah Minggu Paska III – 08 Mei 2011

 Bacaan : Roma 5 : 1-5

 Seorang perempuan tua yang hidup sendiri dirumahnya mempunyai kebiasaan merayakan hari ulang tahun. Teman-teman dan para kerabat selalu mengingatnya dengan menghadiahkan kado kecil, yang biasanya dalam bentuk perhiasan-perhiasan kecil (pernak-pernik) untuk rumah-karena ia suka menata rumahnya dengan macam-macam perhiasan kecil. Ketika si perempuan tua itu tiba pada usia delapan puluh tahun, seorang temannya bertanya apa yang ia inginkan sebagai hadiah ultahnya tahun ini. Perempuan tua itu menjawab :”berikan saya sebuah ciuman, supaya saya tidak harus membersihkannya setiap hari.”

 Allah memberikan kita sebuah ciuman oleh Roh-Nya-sebuah ciuman anugerah, pengharapan, kasih dan damai sejahtera. Itulah akibat-akibat, yang disebut Paulus sebagai hasil, bila seseorang mempunyai hubungan benar dengan Allah karena Iman.

Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus (ay.1)

Damai dengan Allah adalah pemberian yang memperkaya kita, karena siapakah yang dapat memberikannya kepada kita ? Adalah pemberian indah menjadi damai dengan Allah. Begitu banyak dari kita membutuhkan itu. Kita butuh tidak sangsi lagi apakah kita diselamatkan atau tidak. Kita butuh untuk tidak menguatirkan mengenai apakah Allah akan menghukum kita. Kita butuh untuk tidak dikuasai oleh rasa takut dan rasa bersalah karena tindakan-tindakan masa lalu kita. Kita butuh juga untuk dapat memandang Allah tanpa merasa takut dan terancam lagi. Kita butuh untuk tidak menguatirkan kedekatan Allah. Nyatanya, bahkan ketika kita tidak dapat mengerti mengapanya situasi kita, kita dapat memiliki damai sejahtera.

 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh Iman kepada kasih karunia (anugrah) (ay.2)

Karena kita manusia dan tetap pendosa dan tidak sempurna, kita mempunyai kesalahan. Dan rasa sangsi dan bersalah dapat menggerogoti batin kita. Ingatan-ingatan dan hari-hari penyesalan yang berlalu dan hal-hal yang tidak seharusnya telah kita lakukan dapat mendatangi kita.

Paulus menegaskan dan merayakan sesuatu yang telah ia alami dalam kehidupannya sendiri : “Di dalam anugerah (kasih karunia) ini kita berdiri dan kita bermegah…(ay.2b).

Allah memberikan anugerah yang luar biasa. Itulah suatu penerimaan dan pengampunan karena kita dikasihi, bukan karena kita mampu mengasihi. Istilah yang Paulus gunakan untuk “jalan masuk”, dalam bahasa Inggris access, dalam bahasa Yunani memiliki arti penting. Ia adalah istilah biasa bagi penjaga pintu atau penerima tamu yang mengantar seseorang ke dalam ruang istana. Yesus membuka pintu kehadiran Yang Mahakuasa. Ketika pintu itu dibuka, kita menemukan anugerah-bukan ejekan, penghukuman, atau penghakiman, tetapi anugerah yang tidak semestinya diberikan !

Paulus mengatakan : “Dan pengharapan tidak mengecewakan” (ay. 5:5a) Siapa diantara kita yang tidak pernah dikecewakan dalam hidup ini-mungkin tindakan/perbuatan, atau kurangnya tindakan, dari orangtua atau anak-anak, dalam ketidak setiaan seorang kekasih atau pasangan, dalam tingkah laku seorang teman, dalam keplin-planan seorang yang kita sukai atau hargai ? Mungkin saudara telah menjadi kecewa pada pemimpin politik atau gereja, pada seorang Allah yang membiarkan saudara merasa sakit atau terluka.

Allah memberikan kita pengharapan, agar kita dapat hidup dan berhubungan dengan seorang dengan yang lain dengan cara yang berbeda-dengan mempercayai, tulus/jujur, dan respek kepada orang lain. Ketika gereja nampak begitu tak berdaya dan tak berpengaruh karena kehilangan semua respek dalam persekutuan, kita tetap memiliki pengharapan dari Allah dalam hati kita bahwa Allah dapat menjadi pengaruh yang amat kuat dalam hidup kita dan dalam hidup persekutuan kita.

Ketika sebuah pernikahan akan menjadi berkeping-keping dan mendekati kehancuran, kehilangan semua kepercayaan dalam diri sendiri, ada pengharapan yang diberikan Allah bahwa kita dapat memulai kembali dan memulai dengan baru. Kita dapat melupakan kecemburuan-kecemburuan dan kekeliruan-kekeliruan lama dan membangun suatu janji setia yang baru, yang dapat dihangatkan, dikasihi, dilayakkan dan diberkati oleh Allah. Di atas semua itu, ketika nampak bahwa tiada lagi keadilan, ada pengharapan yang dapat diperhitungkan. Allah tidak pernah menyerah. Allah tidak pernah meninggalkan kita sendiri dalam ketidakadilan. Allah terus membujuk, mengasihi dan menenangkan kita melalui caranya. Pengharapan di atas segala pengharapan, pengharapan kehidupan mulia melampaui kesuraman kita. Pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati (ay. 5) Tentu ini adalah hal terindah yang Allah berikan kepada kita. Teristimewa indah pada saat di mana orang-orang di sekitar tidak begitu ramah, kehilangan kasih. Ada saat-saat dimana kita tahu dalam hati kita, bahwa kita seharusnya peduli mengenai dan terhadap seseorang, tetapi orang itu menolak kita. Ada saat-saat dimana kita tahu dengan baik bahwa Yesus akan mengatakan kepada kita untuk mengasihi dan menolong, tetapi kita sungguh-sungguh tidak menginginkan itu. Paulus berkata bahwa Roh Allah menempatkan kasih Allah di dalam hati kita di saat seperti itu-itu indah dan diperlukan!

 Ada anugerah yang indah yang Allah berikan kepada kita oleh Roh-Nya: Allah memberikan kasih-Nya di dalam hati kita, Allah memberikan pengharapan yang tidak mengecewakan, Allah memberikan jalan masuk kepada anugerah (kasih karunia)-Nya.

Sejak Allah datang oleh Roh-Nya dan apa yang Allah lakukan bagi kita pada salib Kristus, kita mempunyai seorang teman. Allah tidak lagi menjadi seorang hakim atau pejabat pengawas. Allah menjadi seorang teman yang dapat kita percayai, yang dapat membuat kita yakin, dan mengetahui bahwa kita diterima-Nya. Seorang teman selalu berada di sisi kita, menangis dan merayakan bersama kita – Allah adalah teman kita . (Baca : ayat 10-11).

Naskah : Pdt. Joel Edward Kloke, Sth.

Read Full Post »